Shibuya on Prambors 102 FM
Setiap Hari Minggu
Mulai 11.00 - 14.00
SMS :
9123
Format :
p2(spasi)nama(spasi)umur(spasi)isi pesan
PHONE : (024)8310307

Tracklist 10 November 2009

o1.VAMPS - Sweet Dreams
o2.Monkey Majik - Aishiteru
o3.NICO Touches The Wall - Broken Youth
o4.Tokyo Jihen - Toumei Ningen
o5.Jejong & Yoochun - COLORS ~Melody and Harmony~
o6.Ayumi Hamasaki - DAYS
o7.Ken Hirai - Boku wa Kimi koi wo suru
o8.Plastic Tree - Fujunbutsu
o9.GReeeeN - Setsuna



Sekilas tentang nama orang Jepang

Menyebut nama orang dengan benar, tentu merupakan hal yang penting dan hal itu berlaku di mana saja. Dalam budaya Jepang, ketika menyebut nama orang, tambahan kata san adalah wajib dilakukan. Kecuali hubungan dua teman yang sudah sangat akrab atau suami istri adalah perkecualian.
Orang Jepang sangat tidak umum bahkan tidak sopan kalau menyebut nama orang secara langsung, artinya tanpa tambahan san, mungkin sama dengan menyebut nama orang yang lebih tua, orang yang tidak dikenal atau orang yang mempunyai posisi lebih tinggi tanpa tambahan kata Bapak, Ibu atau Mas sebagai tanda hormat.
Untuk orang yang lebih kecil, teman pergaulan, atau di lingkungan keluarga, kata san biasanya diganti dengan kun (laki laki) atau chan, sedangkan untuk situasi formal, ruang publik atau orang yang sangat dihormati biasanya dipakai sebutan sama. Chan juga umum dipakai untuk binatang peliharaan, seperti Shiro-chan untuk anjingnya Shin-chan dan sebutan untuk bayi, aka chan, yang berasal dari kata akai yang artinya merah.
Namun untuk menyebut nama sendiri, san, chan dan sebutan lainya tidak dipakai. Jadi kalau Shinchan memperkenalkan diri akan menyebut dirinya Shin saja. Memanggil bapak sendiri dengan sebutan hormat Otousan, namun kalau kalau berbicara dengan orang lain, sebutan Otousan diganti dengan Chichi, demikian juga nama Ookasan untuk sebutan ibu, akan berubah menjadi Haha. Jadi hormat pada keluarga atau diri sendiri boleh boleh saja, namun tidak ditunjukkan pada orang lain, yang akan terlihat lucu ataupun mungkin bodoh. Kalau Shinchan menyebut dirinya Shinchan dengan tambahan san, mungkin saja terjadi dan umum terjadi pada anak kecil jadi dianggap sebagai kesalahan yang masih bisa ditolerir. Namanya juga anak anak. Dalam lingkungan kerja, untuk menghormati jabatan seseorang, aturannya menjadi berubah, bukan nama yang ditambah akhiran san, tapi nama jabatan saja. Misalnya shachou untuk direktur, buchou untuk manager, sensei untuk dokter dll. Disamping itu ada juga sebutan lain taichou yang umum untuk pemimpin group, tenchou untuk kepala toko dan masih banyak lagi.
Orang Jepang umumnya mempunyai dua nama, yaitu nama keluarga dan nama panggilan jadi sama persis dengan aturan nama orang Eropa atau tempat lainnya. Tentu saja sama, karena ternyata urusan nama keluarga ini sedikit banyak mencontoh dari budaya barat.
Jaman dulu atau tepatnya sebelum Restoresi Meiji Ketika itu hanya golongan samurai dan kuge, golongan aristrokrat yang tinggal di sekitar lingkungan istana saja yang memiliki nama keluarga. Baru ketika, tahun 1870an sistem registrasi keluarga yang baru mulai diberlakukan dan semua orang, kecuali kaisar, tanpa kecuali harus mempunyai nama keluarga. Kebijakan yang tentu saja aneh dijamannya. Sampai masalah kecil seperti urusan nama diatur oleh pemerintah saat itu.
Bagi masyarakat umum yang tentu saja aturan baru itu sedikit "merepotkan". Hal itu, (menurut versi saya) bisa dilihat dari pemilihan nama keluarga yang seadanya saja yang biasanya diambil dari alam sekitarnya, misalnya Ishikawa, yang artinya batu kali, Tanaka artinya ditengah sawah. Sekarang walaupun Bapak Moriyama, yang artinya artinya hutan dan gunung, sudah menjadi manajer dan tinggal tidak lagi di hutan tapi di antara rumah beton, namanya tetap saja Mori (hutan) Yama (gunung).
Sampai saat ini ada sekitar 290.000 nama keluarga yang terdaftar di Jepang. Jumlah yang sangat banyak kalau dibandingkan dengan negara lain seperti China yang memiliki sekitar 500, Korea 250 atau Finlandia, negara Eropa yang memiliki nama keluarga terbanyak 30.000-an. Nama keluarga yang begitu banyak disebabkan oleh cara membaca huruf kanji yang bervariasi dan dihitung sebagai nama keluarga tersendiri. Nama dengan huruf yang sama bisa dibaca dengan beberapa cara, atau nama yang sama bisa juga ditulis dengan huruf yang berbeda.
Bayangkan orang-orang Jepang sendiri kadang bingung untuk urusan baca nama, apalagi saya. Karena cara membaca huruf kanji yang cukup pelik dan susah ini, diatas huruf kanji biasanya ditulis kembali dengan huruf hiragana, untuk menghindari salah baca.
Oleh : Oketo, Osaka, January 2008
Sumber :eonet.ne.jp

Just for fun
Nama2 Jepang sesuai dengan profesinya (yang ini jangan dianggap serius)
Kuraba Sakumu --> Pencopet.
Sayabisa Urusi --> Calo.
Nikita Sukanari --> Penari di tempat hiburan.
Samakami Sampepagi --> Cewek penghibur di
nightclub.
Takasi Kamucoba --> Sales door to door.
Kosewa Rumaku --> Pemilik rumah kontrakan.
Kitakasi Murasaja --> Seorang pemilik toko.
Minumi Kabe --> Seorang pemabuk.
Itumu Akuraba --> Orang gatal, psikopat seks.
Nanako Kasisamakita --> Menerima pakaian dalam bekas.
Yukasi Kitaterima --> Kasir.
Akusuka Takuti --> Preman.
Mukamu Sayabedaki --> Pekerja salon.
Sini Takupotongi --> Tukang pangkas.
Ayodiri Satusatu --> Pemimpin upacara baris-berbaris.
Takada Gaji --> Pengangguran.
Aigaya Sanasini --> Fotomodel.
Kitabuka Kamupoto --> Fotomodel p*rno.
Akubuka Kamumasuki --> Penjaga pintu gerbang.
Sukabawa Sayuri --> Tukang sayur.
Tyada Ruma --> Gelandangan.
Yukira Kitaawasi --> Pengawas Pajak.
Aisuka Susumu --> Penjual pakaian dalam wanita.
Kanji Kitakasi --> Tukang jual tepung.
Maunya Chiumi --> Parfum tester.
Kuobati Anumu --> Dokter penyakit kelamin.
Kusabuni Itunoda --> Tukang cuci.
Satemura Oke --> Tukang sate.
Disini Adaguchi --> Penjual keramik.
Masimuda Masutipi --> Artis cilik

blog comments powered by Disqus